Isi Dompet dan Isi Kepala


Tak ada jaminan 50 tahun lagi negeri ini akan menggeliat. Bangkit dari keterpurukan (krisis kejujuran, & kemiskinan). Menyongsong era kemajuan. Maju dan berjaya hanyalah sekedar utopia belaka, jika mindset (pola pikir) berkebangsaan kita masih seluas dompet. Apa-apa diukur dengan isi dompet. Tak ada kemenangan dalam pemilu, tanpa ketebalan isi dompet.

Demokrasi saat ini, tak ada dukungan tanpa restu dompet. Penjahat pun lebih mulia dibanding Waliyullah, saat berdompet tebal. Orang waras tiba-tiba hilang kewarasannya, sesaat pasca dikipas-kipas dompet. Sementara si gila seketika waras dengan terbukanya resleting dompet. Orang yang berakal ditinggalkan, sementara si dungu disanjung-sanjung sebab kesemokan dompetnya. Dukungan demi dukungan terus mengalir seiring bergerilyanya isi dompet ke pintu-pintu rumah.

Laksana pecandu opium, orang-orang berdatangan ke bilik suara dengan setengah teler. Akal sehatnya tak lagi berfungsi dengan baik. Isi dompet membelenggu tangannya, mengaraknya berjalan dalam keadaan mata tertutup, telinga tersumbat. Lalu, apa yang akan terjadi, terjadilah!

Syarat mutlak menyongsong era keemasan suatu negeri adalah “GoodLeader”. Dengan izinNya, ia adalah dewa kejayaan. Padanya terdapat tiga cahaya zaman: cahaya kecerdasan, ketulusan, dan keberanian.

Tanpa GoodLeader, kemakmuran dan keadilan hanyalah mimpi di siang bolong. Kejayaan negeri hanyalah pepesan kosong.

GoodLeader menyulap Singapura menjadi negara kaya dan makmur ditengah ketidakpunyaan sumber daya alam. Dialah Lee Kuan Yew. GoodLeader merubah keadaan Turki bagaikan bumi dan langit. Dari negara The Sick Man, menjadi The Good Man. Dari negara miskin, menjadi negara makmur dan paling dermawan sedunia. Dialah seorang ustadz yang cerdas, bernama Muhammad Rajab Thayyib Erdogan.

Dompet berbicara tentang; saya dapat apa. Apa untungnya buat saya. Bisa menambah kekayaan saya seberapa banyak.

Sementara, isi kepala berbicara tentang; apa masalah kita. Apa solusinya. Bagaimana strateginya. Apa yang bisa saya perbuat untuk kebaikan negeri ini.

Sayangnya, isi kepala tak begitu dilirik saat kontestasi demokrasi. Sementara isi dompet lebih menarik, dan mendominasi.

Namun saat persoalan menggelayut berlarut-laut, tanpa penyelesaian yang patut. Kini, orang-orang berdatangan, dan berkata, “Oh Isi kepala…, datanglah, bantulah, tolong selesaikan carut marut ini…,”

Sayangnya, nasi telah menjadi bubur. Setidaknya, untuk lima tahun ke depan. Amplop berisi uang lima puluh ribu atau seratus ribu tersebut, semoga saja bisa menenangkan hati selama lima tahun yang akan datang. Semoga saja!

Saat ini, harga hasil pertanian murah meriah. Akibatnya, daya beli masyarakat terjun bebas. Sementara biaya hidup meroket tinggi. Ketimpangan ini menjadi asbab bertambahnya level penderitaan hidup. Saat-saat sulit seperti ini, solusi yang ditunggu-tunggu adalah GoodLeader. Bukan tukang peramal. Bukan preman jalanan. Juga, bukan tukang PHP (Pemberi Harapan Palsu).

Sosok yang cerdas, tulus, dan berani. Adakah di negerimu? Temukanlah!

Ditulis oleh Ali Margosim, 25 Juni 2020, di Minangkabau

Tinggalkan komentar